Rabu, 16 November 2016

Hukum Ohm




Hukum Ohm
Orang pertama yang menyelidiki hubungan antara kuat arus listrik dengan beda potensial pada suatu penghantar adalah Georg Simon Ohm, ahli fisika dari Jerman.Ohm berhasil menemukan hubungan secara matematis antara kuat arus listrik dan beda potensial, yang kemudian dikenal sebagai Hukum Ohm.
Kita ketahui bahwa makin besar beda potensial yang ditimbulkan, maka kuat arus yang mengalir makin besar pula. Besarnya perbandingan antara beda potensial dan kuat arus listrik selalu sama (konstan). Jadi, beda potensial sebanding dengan kuat arus (V ~ I). Secara matematis dapat kita tuliskan V = m × I, m adalah konstanta perbandingan antara beda potensial dengan kuat arus. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar grafik berikut!
Hukum OhmGrafik hubungan antara kuat arus dengan beda potensial
Pernyataan Hukum Ohm
Berdasarkan grafik di atas, nilai m dapat kita peroleh dengan persamaan m = \frac{\Delta V}{\Delta I}. Nilai m yang tetap ini kemudian didefinisikan sebagai besaran hambatan listrik yang dilambangkan R, dan diberi satuan ohm (Ω), untuk menghargai Georg Simon Ohm. Jadi, persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
R=\frac{V}{I} atau V = I x R
Keterangan:
V : beda potensial atau tegangan (V)
I : kuat arus (A)
R : hambatan listrik (Ω)
Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Ohm, yang berbunyi “Kuat arus yang mengalir pada suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu dengan syarat suhunya konstan/tetap.”
Aplikasi Hukum Ohm Pada Kehidupan
Pada kehidupan sehari-hari, kadang kita menemukan sebuah alat listrik yang bertuliskan 220 V/2 A. Tulisan tersebut dibuat bukan tanpa tujuan. Tulisan tersebut menginformasikan bahwa alat tersebut akan bekerja optimal dan tahan lama (awet) ketika dipasang pada tegangan 220 V dan kuat arus 2 A. Bagaimana kalau dipasang pada tegangan yang lebih tinggi atau lebih rendah? Misalnya, ada 2 lampu yang bertuliskan 220 V/2 A, masing-masing dipasang pada tegangan 440 V dan 55 V. Apa yang terjadi?
Tulisan 220 V/2 A menunjukkan bahwa lampu tersebut mempunyai hambatan sebesar (R) = \frac{220V}{2A} =  110 Ω. Jadi, arus listrik yang diperbolehkan mengalir sebesar 2 A dan tegangannya sebesar 220 V. Jika dipasang pada tegangan 440 V, maka akan mengakibatkan kenaikan arus menjadi I = \frac{V}{R} = \frac{440}{110} = 4 A. Arus sebesar ini mengakibatkan lampu tersebut bersinar sangat terang tetapi tidak lama kemudian menjadi putus/rusak. Begitu juga apabila lampu tersebut dipasang pada tegangan 55 V, maka arus akan mengalami penurunan menjadi I = \frac{V}{R} = \frac{55}{110} = 0,5 A.
Arus yang kecil ini mengakibatkan lampu menjadi redup (tidak terang), konsep ini merupakan bentuk pemahaman terhadap hubungan ohm.

Terimakasih buat semua yang sudah baca artikel ini, jangan lupa komentar,kritik dan sarannya ya 

2 komentar:

  1. udah bagus kak. tapi gambarnya ga bisa dilihat. tolong tingkatkan lagi

    BalasHapus
  2. Iya kak maaf tdi lupa mksih kak atas sarannya

    BalasHapus